JAKARTA, KOMPAS.TV - Muncul tudingan keterlibatan aparat kepolisian secara terstruktur dan sistematis pada Pilkada 2024, yang kemudian diakronimkan sebagai Partai Coklat atau Parcok.
Sebagai purnawirawan polisi, politisi senior PDIP Sidarto Danusubroto menyesalkan adanya keterlibatan aparat dalam Pemilu untuk memenangkan kandidat tertentu.
Menurutnya, tidak elok jika polisi digunakan untuk pemenangan Pemilu, karena siapapun bisa menjadi korban.
Sebagai mantan ajudan Presiden ke-1 RI Soekarno, Sidarto Danusubroto telah mengalami delapan kali masa pergantian presiden hingga saat ini di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Menurutnya, ada beberapa catatan yang penting bagi demokrasi di Indonesia.
Sidarto melihat sampai saat ini Indonesia belum siap untuk melakukan demokrasi seperti yang terjadi di negara barat. Hal itu menurutnya karena di negara luar, tokoh dibiayai publik untuk bisa menjadi maju sebagai kandidat pemimpin.
Sedangkan kebalikannya, di sini tokoh harus membiayai publik. Itulah yang membuat Parcok hingga politik uang mudah dimainkan. Baginya, itu tidak baik dan nanti akan ada karmanya sendiri.
"Sing salah seleh. Sing weweh wuwuh. Sing nyolongan bakal kelangan. Artinya, yang salah akan kelihatan, yang memberi akan mendapat, yang mencuri akan kehilangan," pungkasnya.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
https://youtu.be/4-IlabX_MgQ?si=gypldNH5TltWjGCr
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/567951/dugaan-parcok-terlibat-pemilu-politisi-senior-pdip-tidak-elok-rosi